Kamis, 28 Februari 2013

Model Pembelajaran Superitem

Super item adalah sebuat teknisk pemberian tgas kepada siswa oleh guru, yang dimulai dari tugas yang sederhana meningkat pada yang lebih kompleks dengan memperhatikan tahap SOLO siswa, Karakteristik soal-soal bentuk  superitem yang memuat konsep dan proses yang makin tinggi tingkat kognitifnya tersebut, memberi peluang kepada siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan memahami hubungan antar konsep, Kemampuan memahami hubungan antar konsep, kematangan dalam bernalar dan keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam memecahkan masalah.

Pengertian Model Pembelajaran Superitem
 
Pembelajaran menggunakan tugas bentuk superitem adalah pembelajaran yang dimulai dari tugas yang sederhana meningkat pada yang lebih kompleks dengan memperhatikan tahap SOLO siswa. Dalam pembelajaran tersebut digunakan soal-soal bentuk superitem. Alternatif pembelajaran yang direkomendasikan Sumarmo tersebut, dirancang agar dapat membantu siswa dalam memahami hubungan antar konsep. Juga membantu dalam memacu kematangan penalaran siswa. Hal itu dilakukan agar siswa dapat memecahkan masalah matematika.
Sebuah  superitem  terdiri  dari  sebuah  stem yang  diikuti beberapa pertanyaan atau item yang semakin meningkat kekompleksannya. Biasanya setiap superitem terdiri dari empat item pada masing-masing stem. Setiap item menggambarkan dari empat level penalaran berdasarkan Taksonomi SOLO. Semua item dapat dijawab dengan merujuk secara langsung pada informasi dalam stem dan tidak dikerjakan dengan mengandalkan respon yang benar dari item sebelumnya. Pada level 1 diperlukan penggunaan satu bagian informasi  dari  stem. Level 2  diperlukan dua atau lebih bagian informasi dari stem.  Pada level 3 siswa harus mengintegrasikan dua atau lebih bagian dari informasi yang tidak secara  langsung  berhubungan  dengan  stem,  dan pada level 4 siswa telah dapat mendefinisikan hipotesis yang diturunkan dari stem.

Ciri-Ciri Model Pembelajaran Superitem 
Karakteristik soal-soal bentuk  superitem yang memuat konsep dan proses yang makin tinggi tingkat kognitifnya tersebut, memberi peluang kepada siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan memahami hubungan antar konsep. Hal itu dikuatkan Lajoie (1991) yang menyatakan bahwa superitem didisain untuk mendatangkan penalaran matematis  tentang  konsep  matematika. Di samping itu soal bentuk superitem diharapkan lebih menantang dan mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Sebaliknya guru dapat melakukan kegiatan diagnostik selama pembelajaran, sehingga perkembangan penalaran siswa dapat dimonitor lebih dini.
Kemampuan memahami hubungan antar konsep, kematangan dalam bernalar dan keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam memecahkan masalah. Dengan demikian pembelajaran menggunakan tugas bentuk superitem dapat diharapkan menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan meyelesaikan pemecahan masalah matematika.
 
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah.
Sintaksnya adalah :
  1. ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi,
  2. berikan latihan soal bertingkat,
  3. berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi,
  4. integrasi, dan
  5. hipotesis.
  Kelebihan Model Pembelajaran Superitem
Kandungan maksud agar siswa memahami hubungan antar konsep secara bertahap dari yang sederhana sampai meningkat kepada yang lebih kompleks. Selain daripada itu guru melakukan kegiatan diagnostik terhadap respon siswa, sehingga dapat dengan segera menentukan langkah-langkah yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Kelebihan pembelajaran matematika dengan menggunakan tugas bentuk superitem diantaranya, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami persoalan matematika secara bertahap sesuai kesiapannya; dan guru dapat memberikan bantuan yang tepat kepada siswa berdasarkan respon dari siswa. Pada sisi lain pembelajaran ini akan memberi kesulitan kepada guru dalam membuat atau menyusun butir-butir soal  bentuk superitem. Kemudian dimungkinkan terdapat respon siswa yang beragam.  Hal itu akan menuntut kesiapan guru dalam mengantisipasinya.
    
Wilson dan Chavarria (1993) memberikan pengalamannya dalam mengkonstruksi bentuk soal superitem yaitu,
  1. Mengkonstruksi sebuah superitem akan dimulai dengan menentukan terlebih dahulu prinsip umum apa yang akan menjadi fokus pada item level empat. Prinsip tersebut akan dibangun oleh tiga item sebelumnya. Setiap item akan membantu siswa dalam menggali situasi dari masalah.
  2. Stem akan menyajikan sebuah masalah yang relevan dan diperlukan siswa.
  3. Respon dari setiap item di dalam sebuah superitem tidak bergantung pada respon yang benar dari item sebelumnya.
Pengalaman kedua ahli tersebut, tampaknya dapat membantu guru dalam menyusun butir soal bentuk superitem.
DAFTAR PUSTAKA
  • Lajoie,S (1991). A Framework for Authentic Assessment in Mathematics. [Online].Tersedia: http://www.wcer.wisc.edu/ncisla/publications/newsletters/normse/vol1num.1pdf. [ 17 Pebruari 2002 ].
  • Sumarmo,U (1993). Profil Struktur Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Berdasarkan Taksonomi SOLO. Laporan Hasil Penelitian FPMIPA IKIP Bandung
  • Sumarmo,U (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi . Makalah pada Seminar Matematika Tingkat Nasional. Bandung
  • Wilson dan Chavarria (1993). Superitem Test as a Classroom Assessment Toll. Dalam Webb dan Coxford  (ed). Assessment in the Mathematics Classroom 1993 Yearbook. NCTM: Reston Virginia

Model Pembelajaran Take and Give

Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan  guru dan teman sebayanya (siswa lain).
Kelebihan :

  • Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan siswa yang lain.
  • Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan  penguasaan siswa akan informasi.
Kelemahan:
  • Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang diterima siswa lain pun akan kurang tepat.

Media Model Pembelajaran Take and Give
  1. Siapkan Kartu dengan ukuran 10 x 15 cm untuk sejumlah siswa.
  2. Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama yang diberi informasi, kompetensi dan sajian materi.
Kesimpulan :
Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks:
  1. Siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa dan bahan belajar,
  2. Informasikan kompetensi,
  3. Menyajikan materi,
  4. Pemantapan materi : pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian,
  5. Evaluasi, dan
  6. Refleksi.

Model Pembelajaran COOPERATIVE SCRIPT

Model Pembelajaran COOPERATIVE SCRIPT adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Langkah-langkah :

    1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
    2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
    3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
    4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
    5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
    6. Penutup

Model Pembelajaran Picture And Picture

Model Pembelajaran Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunaan media gambar. Dalam oprasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi di urutkan menjadi urutan yang logis. Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:

  1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. 
  2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. 
  3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. 
  4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
  5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 
  6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 
Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture ini menurut Istarani (2011:7) adalah sbb:

1). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

2). Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

3). Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi). Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.

4). Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada. Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.

5). Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar. Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.

6). Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan Konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.
7). Guru menyampaikan kesimpulan. Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture: Kelebihan: 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 2. Melatih berpikir logis dan sistematis. 3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, 4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik. 5. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

Kekurangan: 1. Memakan banyak waktu 2. Banyak siswa yang pasif. 3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. 4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain 5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

Sedangkan menurut Istarani (2011:8) kelebihan dan kekurangan Picture And Picture adalah : Kelebihan Model Pembelajaran Picture And Picture: 1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu. 2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari. 3. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada. 4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar. 5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.

Kelemahan Model Pembelajaran Picture And Picture: 1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran. 2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki. 3. baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran. 4. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.

Model Pembelajaran Example Non Example

Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.

Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti ; kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.

Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.

Example Non Example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.

Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode example and nonexample antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memper- luas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

Tennyson dan Pork (1980 hal 59) dalam Slavin 1994 menyarankan bahwa jika guru akan menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu:
1. Urutkan contoh dari yang gampang ke yang sulit.
2. Pilih contoh – contoh yang berbeda satu sama lain.
3. Bandingkan dan bedakan contoh – contoh dan bukan contoh

Menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non-contoh akan membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting. Joyce and Weil (1986) dalam Buehl (1996) telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan model inkuiri untuk memperkenalkan konsep yang baru dengan metode Example and Nonexample.

Kerangka konsep tersebut antara lain:

1. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non-contoh yang menjelas- kan beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari konsep baru. Menya- jikan itu dalam satu waktu dan meminta siswa untuk memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut. Selama siswa memikirkan tentang tiap examples dan non-examples tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar itu berbeda.

2. Menyiapkan examples dan non examples tambahan, mengenai konsep yang lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru.
3. Meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk menggeneralisasikan konsep examples dan non-examples mereka. Setelah itu meminta tiap pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikannya secara klasikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik.
4. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah didapat dari examples dan non-examples

Langkah-langkah Model Pembelajaran Example Non Example:

CONTOH DAPAT DARI KASUS/GAMBAR YANG RELEVAN DENGAN KOMPETENSI DASAR.

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/Proyektor/ hanya berupa slide kertas.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
7. Kesimpulan

Model Pembelajaran Mind Mapping

Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.
 (http://www.kaskus.us/showthread.php?t=702661)

Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.

Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.(http://escaeva.com)

Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.

Beberapa manfaat memiliki mind map antara lain :

a. Merencana
b. Berkomunikasi
c. Menjadi Kreatif
d. Menghemat Waktu
e. Menyelesaikan Masalah
f. Memusatkan Perhatian
g. Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran
h. Mengingat dengan lebih baik
i. Belajar Lebih Cepat dan Efisien
j. Melihat gambar keseluruhan

Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :

a. Cara ini cepat
b. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c. Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
( http://www.escaeva.com/tips-menulis/tips-fiksi/menulis-dengan-diagram-balon.html)

Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping

  • Catatan Biasa : Peta Pikiran
  • Hanya berupa tulisan-tulisan saja erupa tulisan : symbol dan gambar
  • Hanya dalam satu warna : Berwarna-warni
  • Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang lama : Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
  • Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama :  Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
  • Statis : Membuat individu menjadi kreatif (Sumber Iwan Sugiarto, 2004 : 76).
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir.)

Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran.

Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis.

Model Pembelajaran Pair Check

Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.

Langkah-langkah Pembelajarannya sebagai berikut :

1). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.

2). Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon.

3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.

4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.

5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.

Pembelajaran Quantum

A. Landasan Teori

Quantum teaching pertamakali dikembangkan oleh De Porter. Mulai dipraktekkan pada tahun 1992, dengan mengilhami rumus yang terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dengan rumus itulah mendefinisikan Quantum sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Pembelajaran Quantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman dan interdeterminisme. Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

Teori yang terkandung dalam Quantum Teaching adalah Accelerated Learning, Multiple Intelligences, Neuro-Linguistic Programming, Experiential Learning, dan Elements of Effective Instruction sehingga Quantum Teahing merangkaikan sebuah kekuatan yang memadukan multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak yang didalamnya meramu konsep berbagai teori yaitu: 1) teori otak kanan/kiri; 2) teori otak triune (3 in 1); 3) pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); 4) teori kecerdasan ganda; 5) pendidikan holistic (menyeluruh); 6) belajar berdasarkan pengelaman; 7) belajar dengan symbol, dan 8) simulasi/permainan.

B. Karakteristik

Secara umum, Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Berpangkal pada psikologi kognitif.

2) Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari pembelajar dapat berkembang secara optimal dengan meniadakan hukuman dan hadiah karena semua usaha yang dilakukan pembelajar dihargai. Kesalahan sebagai manusiawi.

3) Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Oleh karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.

4) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar.

5) Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan halangan sehingga menimbulkan hal-hal yang seperti: suasana yang menyengkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.

6) Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. Dengan kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak membosankan.

7) Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran. Dengan kebermaknaan dan kebermutuan akan menghadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman perlu diakomodasi secara memadai.

8) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis. Sedangkan isi pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang fleksibel, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.

9) Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material.

10) Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar. Ini mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses pembelajarannya dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.

11) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi. Dalam prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya belajar siswa dan pembelajar.

12) Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran, sehinga pembelajaran bias berlangsung nyaman dan hasilnya lebih optimal.

C. Prinsip Dasar

Prinsip dasar yang terdapat dalam pembelajaran Quantum adalah:

1) Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan dunia kita (guru ke dalam dunia mereka (siswa).

2) Proses pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Segalanya dari lingkungan. Hal ini mengandung arti baik lingkungan kelas/sekolah sampai bahasa tubuh guru; dari lembar kerja atau kertas kerja yang dibagikan anak sampa rencana pelakanaan pembelajaran, semuanya mencerminkan pembelajaran.

b) Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan semuanya.

c) Pengalaman mendahului pemberian nama. Pembelajaran yang baik adalah jika siswa telah memperoleh informasi terlebih dahulu apa yang akan dipelajari sebelum memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Ini diilhami bahwa otak akan berkembang pesat jika adanya rangsangan yang kompleks selanjunya akan menggerakkan rasa keingintahuan.

d) Akuilah setiap usaha. Dalam proses pembelajaran siswa seharusnya dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun salah, karena belajar diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko untuk keluar dari kenyamanan untuk membongkar pengetahuan sebelumnya.

e) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Segala sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.

3) Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Ada depalapan kunci keunggulan dalam pembelajaran kuantum yaitu:

a) terapkan hidup dalam integritas, dalam pembelajaran sebagai bersikap apa adanya, tulus, dan menyeluruh, sehingga akan meningkatkan motivasi belajar.

b) akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan. Jika mengalami kegagalan janganlah membuat cemas terus menerus tetapi memberikan informasi kepada kita untuk belajar lebih lanjut.

c) berbicaralah dengan niat baik. Dalam pembelajaran hendaknya dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Dengan niat bicara yang baik akan mendorong rasa percaya diri dan motivasi.

d) tegaslah komitmen. Dalam pembelajaran baik guru maupun siswa harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu.

e) jadilah pemilik, mengandung arti bahwa siswa dan guru memiliki rasa tanggung jawab sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.

f) tetaplah lentur. Seorang guru terutama harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan.

g) Pertahankan keseimbangan. Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.

4) Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum

Kerangka perencanaan pembelejaran kuantum dikenal dengan singkatan “TANDUR”, yaitu:

a) Tumbuhkan.

Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami.

Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu.

Berikut pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai sebagai acuan guru: hal apa yang siswa pahami? Apa yang siswa setujui? Apakah manfaat dan makna materi tersebut bagi siswa? Pada bagian apa siswa tertari/bermakna?

Stategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/media yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang.

b) Alami.

Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah.

Pertanyaan yang memandu guru pada konsep alami adalah cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Permainan atau keinginan apa yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan dan kegiatan apa yang memfasilitasi siswa?

Strategi konsep ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan memberi tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.

c) Namai

Konsep ini berada pada kegiatan inti, yang NAMAI mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar. Pertanyaan yang dapat memenadu guru dalam memahami konsep NAMAI yaitu perbedaan apa yang perlu dibuat dalam belajar? Apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa? Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan?

Strategi implementasi konsep NAMAI dapat menggunakan gambar susunan gambar, warna, alat Bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang lainnya.

d) Demonstrasikan

Tahap ini masih pada kegiatan ini. Inti pada tahap ini adalah memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari.

Panduan guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara apa siswa dapat memperagakan tingkat kecakapan siswa dengan pengetahuan yang baru? Kriteria apa yang dapat membantu guru dan siswa mengembangkan bersama untuk menuntut peragaan kemampuan siswa.

Strategi yang dapat digunakan adalah mempraktekkan, menyusun laporan, membuat presentasi dengan powerpoint, menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain.

e) Ulangi

Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan.

Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang terbaik bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? Dengan cara apa setiap siswa akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang?

Strategi untuk mengimplementasikan yaitu bias dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan – pertanyaan post tes.

f) Rayakan

Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lehi lanjut.

Panduan pertanyaan dalam diri guru untuk melaksanakan adalah untuk pelajaran ini, cara apa yang paling sesuai untuk merayakannya? Bagaimana anda dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka?

Pembelajaran Kooperatif

  1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28), “Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik”.
Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.

  1. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini (2006: 4) adalah “hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan keterampilan sosial”.
Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan Descamps (dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan masalah.
Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya.

  1. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1)        Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.
2)        Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi setelahnya.
3)        Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama selama pembelajaran.
4)        Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4) sebagai berikut:
1)        Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2)        Kelompok dibentuk secara heterogen.
3)        Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu.
Pada model pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan kerjasama dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling menyampaikan pendapat, dan saling menghargai pendapat teman sekelompoknya.

Pembelajaran yang efektif

  1. Pengertian
Menurut Miarso (dalam Bambang Warsita, 2008: 287), “Pembelajaran yang efektif adalah belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didik, melalui pemakaian prosedur yang tepat”. Pengertian ini mengandung dua indikator, yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang dilakukan guru.
Menurut Dick dan Reiser (dalam Bambang Warsita, 2008: 288), “pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat peserta didik senang”. Jadi ketika siswa senang dalam belajar, mereka akan mudah menerima ilmu yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membuat siswa belajar dengan baik dan memperoleh ilmu pengetahuan dan juga keterampilan melalui suatu prosedur yang tepat.

  1. Ciri-ciri Pembelajaran yang Efektif
Eggen dan Kauchak (dalam Bambang Triwarsita, 2008: 289) menyebutkan ciri pembelajaran yang efektif sebagai berikut:
  1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.
  2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran.
  3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.
  4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik dalam menganalisis informasi.
  5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir.
  6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.
Dengan memperhatikan ciri dari pembelajaran yang efektif, maka guru harus membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman dalam belajar.

Model Pembelajaran Group To Group Exchange (GGE)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP TO GROUP EXCHANGE (GGE)


1. PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implimentasinya pada tingkat operasional  di kelas. Mata pelajaran sosial selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga materi pelajaran juga mengalami perubahan, hal ini dapat dilihat dalam perkembangan kurikulum. Fungsi pengetahuan sosial adalah mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan sosial dan kewarganegaraan peserta didik agar dapat ditefleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia.

Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pendewasaan anak menuju sikap yang bertanggungjawab baik dalam pola pikir maupun tingkah laku. Dengan demikian, dalam meningkatkan mutu pendidikan tersebut maka perlu dilakukan pembenahan secara terus menerus, yakni diantaranya dengan proses pembelajaran yang efektif serta pembelajaran yang berkualitas

Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional  dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Arifin, 2003: 34)

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Pengembangan kualitas manusia ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam memasuki era globalisasi dewasa ini. Pendidikan yang berorientasi pada kualitas ini menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah ditanggulangi.

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru bertanggung jawab merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistimatis dengan memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pengajaran.

Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu dituntut adalah bagaimana bahan pengajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai mahluk sosial dengan latar belakang yang berlainan.

Dengan adanya keunikan tersebut, maka dapat dicari model belajar mengajar yang mengarah kepada keterlibatan siswa secara aktif. Pentingnya model  belajar mengajar ini, karena belajar pada prinsipnya adalah suatu proses interaksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya.

Mempersiapkan model belajar mengajar merupakan salah satu langkah awal untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan, karena apabila  ingin mengerjakan sesuatu kepada anak  dengan baik dan berhasil pertama-tama yang harus diperhatikan adalah model yang dilakukan, sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai atau terlaksana dengan baik, karena model berfungsi untuk mencapai tujuan.

Pemilihan model mengajar serta sistim penilaian oleh guru bukan merupakan hal yang mudah, karena di dalam setiap kelas itu terdapat kemampuan peserta didik yang berbeda-beda. Oleh karena itu guru dituntut harus meciptakan proses pembelajaran yang inovatif dan kreatif yang mampu mengajarkan peserta didik untuk memahami pelajaran dengan mudah.

Menyikapi permasalahan tersebut, memungkinkan dikembangkan suatu model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan peserta didik yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Group To Group Exchange.

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group To Group Exchange ini diberikan pada pembelajaran IPS terutama peserta didik MTs Al Madania NW Jempong Barat, karena pada pembelajaran, minat, motivasi, dan kemauan belajar peserta didik  yang sangat kurang  yang akhirnya dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Dengan menerapkan model Group To Group Exchange diharapkan  dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dan melalui penerapan  ini juga dapat memudahkan guru untuk memperbaiki cara berpikir, keterampilan berkomunikasi dengan peserta didik, dan menggalakkan keterlibatan siswa di dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, kalau diperhatikan secara seksama, baik guru maupun peserta didik mempunyai peranan yang sama penting dalam mewujudkan kegiatan belajar-mengajar, maka guru dan peserta didik keduanya adalah manusia yang pada hakikatnya adalah mahluk yang sama.

Memperhatikan keadaan prestasi belajar siswa kelas VIII MTs Al Madania Jempong Barat Kecamatan Sekarbela Tahun Pelajaran 2010/2011 yang masih tergolong rendah, maka peneliti berkehendak untuk melakukan penelitian khususnya sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Untuk itu peneiliti mengangkat judul penelitian sebagaimana tersebut di atas.

2.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas  dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group To Group Exchange untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII MTs Al Madania Jempong Barat Kecamatan Sekarbela Tahun Pelajaran 2010/2011?

3.      Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group To Group Exchange untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII MTs Al Madania Jempong Barat Kecamatan Sekarbela Tahun Pelajaran 2010/2011.

4.       Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:
  1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para guru maupun peserta didik khususnya guru IPS, bahwa penerapan pembelajaran kooperatif group to group exchange dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu.
  1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, mengembangkan strategi atau metode pembelajaran terutama pembelajaran kooperatif group to group exchange sebagai salah satu model yang digunakan pada pembelajaran IPS Terpadu Peserta Didik Kelas VIII MTs Al Madania.
  1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Universitas NW Mataram.

6. KAJIAN TEORI
A. Penegasan pengertian istilah
Untuk menghindari terjadi kekeliruan terhadap makna judul dalam penelitian ini, perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut .
  1. Penerapan
Penerapan di artikan sebagai proses, cara, perbuatan mererapkan (Alwi, 2001: 1180). Jadi penerapan dalam penelitian ini adalah suatu proses pembelajaran.
  1. 2.      Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif) dalam penelitian ini adalah suatu bentuk pembelajaran yang membentuk siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda untuk menyelesaikan tugas kelompok bersama dan membantu teman untuk memahami materi pelajaran (Ibrahim, 2002: 25). Pembelajaran Kooperatif terdiri dari dua kata yaitu pembelajaran dan kooperatif. Pembelajaran dalam arti yang umum disebut proses belajar mengajar (Arjuddin, 2004: 7). Sedangkan Kooperatif diartikan sebagai kerjasaman (Arjuddin, 2004: 10). Jadi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama.
  1. 3.      Group Exchange
Group Exchange terdiri dari dua kata yaitu Group dan Exchange. Group diartikan sebagairombongan, kelompok, golongan (Alwi, 2001: 372). Sedangkan Exchange diartikan sebagai penukaran (Shadily, 2000: 222). Jadi group exchange dapat diartikan penukaran kelompok.
  1. 4.      Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni “prestasi dan belajar” . Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu, maupun kelompok (Djamarah, 2001: 19). Sedangkan “belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari” (Djamarah, 2001: 21). Berdarasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu baik berupa sikap, kebiasaan dan ketrampilan sebagai hasil dari aktivitas  belajar.


B. Landasan Teori

1. Tinjauan Pembelajaran Kooperatif

 a. Pengertian pembelajaran kooperatif.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia arti kooperatif  adalah bekerja sama. Oleh karenanya pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang mengutamakan kerja sama. Sedangkan batasan pembelajaran kooperatif yang diberikan Johson dalam Arjudin dkk (2004: 10), sebagai berikut ”Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama,yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

Pembelajaran kooperatif, para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah(tugas). Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada yang relatif sejajar ( Ismail , 2003:11).

Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang berstruktur (Lie, 2010: 16). Pada bagian lain Lie mengemukakan bahwa yang diperkenalkan dalam pembelajaran kooperatif  bukan hanya sekedar kerja kelompoknya,namun pada pengstrukturannya sehingga dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai metode kerja kelompok yang berstruktur. Dalam pembelajaran ini siswa diarahkan untuk dapat bekerja sendiri, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individu.

Pembelajaran kooperatif sangat baik untuk membentuk sikap pertanggung jawaban sosial, dan mengurang sifat ke “akua’an yang tinggi, disamping meningkatkan motivasi belajar dan pengembangan kreativitas individu.    


b. Ciri-ciri dan unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif.
1. Unsur – unsur dasar pembelajaran kooperatif.
Roger dan David Johson (Lie, 2010: 30) menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperatif learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur yang harus diterapkan yaitu saling ketergantungan positif; tanggung jawab perseorangan; tatap muka; komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok.
Sedangkan menurut Muslimin (2000: 6) mengatakan bahwa unsur – unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1)      Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
2)      Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3)      Siswa harus melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4)      Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5)       Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6)      Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7)      Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
2. Ciri – ciri pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran koperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah. Kebanyakan pembelajaran kooperatif dapat memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1)      Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2)      Kelompok terbentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3)      Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda.
4)      Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. (Muslimin, 2000:  6)


3.Tujuan pembelajaran kooperatif.
Pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif paling tidak ada tiga tujuan yang hendak dicapai,yaitu:
  1. Hasil pembelajaran akademik.
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model pembelejaran kooperatif unggul dalam hal membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
  1. Pengakuan adanya keragaman.
Model pembelejaran kooperatif  ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas, sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.
  1. Pengembangan keterampilan sosial.
Pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi (Muslimin, 2000: 7-9).


2.  Tinjauan tentang pembelajaran group to group exchange

a. Pengertian
Pembelajaran group to group exchange atau disebut model pembelajaran pertukaran kelompok mengajar ini, tugas yang berbeda diberikan kepada kelompok peserta didik yang berbeda. Masing-masing kelompok “mengajar” apa yang telah dipelajari untuk sisa kelas (Dipdiknas, 2004: 25)
Jadi pembelajaran group to group exchange yaitu model pembelajaran pertukaran antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
b. Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
Adapun langkah-langkah pembeljaran sebagai berikut:
  1. Pilihlah sebuah topik yang mencakup perbedaan ide, kejadian, posisi, konsep, pendekatan untuk ditugaskan. Topik haruslah sesuatu yang mengembangkan sebuah pertukaran pandangan atau informasi (kebalikan teknik debat)
  2. Bagilah kelas ke dalam beberapa kelompok, jumlah kelompok sesuai jumlah tugas. Diusahakan tugas masing-masing kelompok berbeda
  3. Berikan cukup waktu berdiskusi dan mempersiapkan bagaimana mereka dapat menyajikan topik yang telah mereka kerjakan
  4. Bila diskusi telah selesai, mintalah kelompok memilih seorang juru bicara. Undanglah setiap juru bicara menyampaikan kepada kelompok lain
  5. Setelah presentasi singkat, doronglah peserta didik bertanya pada presenter atau tawarkan pandangan mereka sendiri. Biarkan anggota juru bicara kelompok menanggapi
  6. Lanjutan sisa presentasi agar setiap kelompok memberikan informasi dan merespon pertanyaan juga komentar peserta. Bandingkan dan bedakan pandangan serta informasi yang saling ditukar.
  7. Variasi
    1. Mintalah setiap kelompok melakukan penelitian ekstensif sebelum presentasi
    2. Gunakan bentuk diskusi panel untuk masing-masing presentasi sub-kelompok.

3. Tinjauan tentang Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni prestasi dan belajar . Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu, maupun kelompok  (Djmarah, 1991: 19). Prestasi adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan) (Alwi, 2001: 768). Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari (Djamarah, 1991: 21). Belajar adalah berusaha supaya mendapat sesuatu kepandaian  (Alwi, 1984: 108).
Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar. Dengan demikian prestasi belajar sangat erat kaitannya dengan kegiatan belajar dimana prestasi belajar seperti yang telah disebutkan diatas adalah merupakan hasil dari kegiatan belajar itu sendiri.
Dengan demikian bahwa prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai siswa berupa proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.
Secara global, faktor –faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga yaitu:
  1. Faktor internal (faktor dalam diri peserta didik) yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani peserta didik.
  2. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik) yakni kondisi lingkungan disekitar peserta didik.
  3. Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Muhibbin, 2001: 130)
Menurut Ahmadi (2003: 59) pada dasarnya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikategorikan kedalam dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar diri pelajar (faktor eksternal).
  1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang datang dari diri pelajar terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan belajar besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar yang dicapai. Adanya pengaruh dari dalam diri pelajar merupakan hal yang logis jika dilihat bahwa perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang disadarinya. Jadi sejauh mana usaha belajar untuk mengkondisikan dirinya bagi perbuatan belajar, sejauh itu pula  hasil belajar akan dicapai.
  1. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar dirinya, yang disebut lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar (prestasi belajar) di sekolah ialah kualitas pengajaran yang dikelola oleh guru. Hasil belajar (prestasi belajar) pada hakekatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu, hasil belajar ( prestasi belajar) di sekolah dipengaruhi oleh kapasitas pelajar dan kualitas pengajaran.


7. METODE PENELITIAN
  1. Deskripsi Sasaran
1). Setting Penelitian
Subyek penelitian adalah peserta didik kelas VIII MTs Al Madania tahun pelajaran 2010/2011 Jempong Barat Kecamatan Sekarbela, dimana kelas ini memiliki kekhasan, keragaman serta tingkat prestasinya rendah.
2). Pokok Bahasan
Adapun pokok bahasan yang dipake dalam penelitian ini adalah mengenai  Manusia Sebagai Mahluk Sosial Dan Ekonomi Bermoral.
3). Bentuk Tindakan
Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dengan  guru sebagai observer.
  1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas menekankan pada proses kegiatan atau  tindakan yang mengujicobakan suatu ide kedalam praktek atau situasi nyata dalam skala yang mikro, yang diharapkan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar (Riyanto, 2007: 25).  Wahidmurni (2008: 15) Penelitian tindakan kelas diartikan sebagai upaya atau tindakan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memecahkan masalah pembelajaran melalui kegiatan penelitian. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas (Aqib, 2007: 13)
  1. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan 2 siklus. Adapun tahapan-tahapan dari setiap siklus sebagai berikut:
  1. Perencanaan
Dalam tahap ini, hal – hal yang dilakukan oleh peneliti adalah:
-          Menyusun rencana pembelajaran
-          Membuat lembar observasi
-          Mendesain alat evaluasi dan merencanakan analisis hasil tes.
  1. Pelaksanaan tindakan
Melaksanakan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dirancang
  1. Observasi dan evaluasi
Kegiatan observasi dilakukan secara kontinu setiap kali pembelajaran berlangsung dalam pelaksanaan tindakan dengan mengamati kegiatan guru dan aktivitas siswa. Sedangkan evaluasi dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa.
  1. Refleksi
Tahap refleksi ini sebagai pengajar bersama guru yang bertindak sebagai observer mengkaji kekurangan dari tindakan yang telah diberikan. Hal ini dilakukan dengan cara melihat hasil evaluasi yang dicapai siswa pada siklus I. Jika refleksi mencari ketuntasan individu menunjukkan bahwa tindakan siklus I  yaitu masih nilainya kurang dari 65 maka dilakukan siklus berikutnya
Siklus II dilakukan apabila pembelajaran pada siklus I dinilai belum berhasil mencapai ketuntasan belajar dan proses belajar mengajar belum sesuai dengan apa yang diinginkan, sedangkan langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I, hanya saja pada siklus II dilakukan perbaikan terhadap kekurangan pada siklus I.
  1. Metode Pengumpulan Data
1). Tes awal
Tes awal tujuan adalah untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi  pembelajaran yang akan disampaikan.
2) Tes akhir
Tes akhir tujuan adalah untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan.
3) Observasi
a). Observasi terhadap kinerja Guru
b) Observasi terhadap kinerja siswa
  1. Instrumen Pengumpulan Data
1). RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian atau sebagai acuan terhadap kegiatan proses belajar mengajar dikelas. Adapun formatnya sesuai dengan buku pedoman penulisan skripsi (Tim Penyusun, 2010: 19) adalah sebagai berikut:


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah                   : MTs Al Madania
Mata Pelajaran                  : IPS
Kelas                                 : VIII
Semester                            : I (Satu)
Waktu                               : 2 x 40 Menit
Standar Kompetensi : Memahami kegiatan pelaku ekonomi di masyarakat
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas
Indikator : -          Menjelaskan kelangkaan sumber daya dan kebutuhan manusia
-          Mendeskripsikan kelangkaan sumber dayaAlokasi Waktu:2 x 40 Menit
  1. 1.      Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:
-          Menjelaskan pengertian kelangkaan sumber daya alam
-          Menjelaskan kebutuhan manusia
-          Menjelaskan alat pemenuhan kebutuhan manusia
  1. 2.      Materi Pembelajaran
-          Pengertian kelangkaan sumber daya alam
-          Jenis-jenis kebutuhan manusia
  1. 3.      Metode Pembelajaran
Metode  Group To Group Exchange
  1. 4.      Langkah-langkah Pembelajaran
-          Pertemuan I
  1. Pendahuluan
-          Apersepsi
Menjelaskan pentingnya kelangkaan sumber daya dan kebutuhan manusia
-          Motivasi
Kelangkaaan sumber daya merupakan kegiatan paling awal dalam kehidupan sehari-hari
  1. Kegiatan Inti
    1. Membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggota 5 – 6 orang.
    2. Siswa melakukan diskusi kelompok terhadap materi yang diberikan guru
    3. Setelah melakukan diskusi kelompok, melalui perwakilan untuk  siswa melakukan prestasi
    4. Setelah presentasi singkat, doronglah peserta didik bertanya pada presenter atau tawarkan pandangan mereka sendiri. Biarkan anggota juru bicara kelompok menanggapi
    5. Lanjutan sisa presentasi agar setiap kelompok memberikan informasi dan merespon pertanyaan juga komentar peserta. Bandingkan dan bedakan pandangan serta informasi yang saling ditukar.
  1. Penutup
-          Menyuruh siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran
-          Menyempurnakan kesimpulan siswa
-          Memberikan tugas rumah
  1. 5.      Sumber Belajar
-          Buku IPS Terpadu kelas VIII terbitan Erlangga
-          LKS
  1. 6.      Penilaian
- Teknik Penilaian                         : Tes Tulis
- Bentuk penilaian                         : Pilihan Ganda
- Instrumen Penilaian                    : Soal
1. Beragam dan meningkatkan kebutuhan manusia di pengaruhi oleh beberapa hal berikut kecuali:
a. Peradaban c. Tingkat penghasilan
b. Pengalaman d. Waktu pemenuhan
2. Sifat kebutuhan manusia adalah:
a. Terbatas jumlahnya c. Tidak terbatas jumlahnya
b. Stabil kebutuhanya d. Fleksibel terhadap kebutuhan
3. Yang dimaksud dengan kebutuhan lahiriah adalah:
a. Rohani c. Jasmani
b. Pokok d. Tambahan
4. Tinjauan ekonomi yang sifatnya tidak terbatas untuk manusia ialah…
a. Kebutuhan c. Penghasilan
b. Kemampuan d. Keinginan
5. Menabung di bank termasuk kebutuhan…
a. Rohani c. Mendatang
b. Jasmani d. Sekarang
6. Memberikan bantuan kepada yayasan yatim piatu merupakan jenis kebutuhan…
a. Kolektif c. Pribadi
b. Rohani d. Mendatang
  1. Kebutuhan yang diperlukan  seseorang untuk memenuhi rasa puas atau kesenangan seseorang termasuk jenis kebutuhan apa…
a. Sekarang c. Rohani
b. Jasmani d. Mendatang
  1. Berikut ini yang termasuk contoh barang subsidi ialah:
a. Bensin dan Gas Epiji c. Bus dan kereta api
b. Gula dan teh d. Minyak tanah dan kompor
  1. Rumah menurut sifatnya, termasuk jenis kebutuhan
a. Jasmani c. Pokok
b. Rohani d. Tambahan
  1. Perhatikan data berikut
1. Biaya sekolah 4. Pensil
2. Sepeda 5. Seragam
3. Buku tulis
Berdasarkan data di atas, kebutuhan pokok ditunjukkan oleh nomor
a. 1, 2, dan 4 c. 2, 3, dan 4
b. 1, 3, dan 5 d. 2, 4, dan 5
-          Rubrik penilaian:
Tabel : Rubrik penilai: Kunci jawaban + skor
No
Kunci Jawaban
Skor
1
D
10
2
C
10
3
A
10
4
A
10
5
C
10
6
B
10
7
B
10
8
A
10
9
C
10
10
B
10

Jumlah
Mataram,       Juli 2010
Mengetahui

Kepala Sekolah
(                        ) Guru Mata Pelajaran

(                             )
2). Pedoman Observasi
a) Pedoman Observasi Kinerja Guru
Lembar observasi kegiatan guru berisi poin-poin berdasarkan langkah-langkah kegiatan guru pada awal sampai akhir pembelajaran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran. Adapun lembar observasi gurunya berdasarkan pedoman penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

No
KEGIATAN
SKOR
SIKLUS I
SIKLUS II1231231RPP      2Memotivasi siswa      3Menyampaikan tujuan pembelajaran      4Membagi kelompok siswa      5Menyampaikan langkah-langkah pembelajaran      6Menyampaikan materi pembelajaran      7Membimbing siswa dalam kelompok      8Memfasilitasi siswa dalam kelompok      9Mengarahkan siswa dalam diskusi      10Kesimpulan      11Refleksi pembelajaran      12Evaluasi      13Pesan tindak lanjut       Jumlah
b) Pedoman Observasi terhadap Kinerja Siswa
lembar kegiatan siswa berisi poin-poin berdasarkan langkah-langkah kegiatan guru siswa dalam merespon kegiatan pada awal sampai akhir pembelajaran. Adapun lembar observasi gurunya berdasarkan pedoman penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
No
KEGIATAN
SKOR
SIKLUS I
SIKLUS II
1 2 3 1 2 3
1 Kesiapan Belajar





2 Konsetrasi





3 Respon terhadap guru





4 Tanya jawab terhadap tujuan pembelajaran





5 Melakukan diskusi terhadap materi pembelajaran





6 Mempresentasikan hasil diskusi





7 Melakukan Tanya jawab dalam diskusi





8 Mencatat hasil diskusi





9 Kesimpulan





10 Refleksi pembelajaran





11 Evaluasi





12 Pesan tindak lanjut






Jumlah





  1. Analisis Data
    1. Peningkatan Prestasi
      1. Peningkatan setelah siklus I = Rata-rata Siklus I – Rata-rata Tes awal
      2. Peningkatan setelah Siklus II = R. Siklus II – R. Siklus I
Total = Peningkatan Siklus I + Peningkatan Siklus II
= X1
=
= X2%
Dan seterusnya (Tim Penyusun, 2010: 23)
  1. Peningkatan Kegiatan Guru
Setelah siklus II = Jumlah skor siklus II – Jumlah skor siklus I
= X1
=
= X2%
Dan seterusnya (Tim Penyusun, 2010: 23)
  1. Peningkatan Kegiatan Siswa
Setelah siklus II = Jumlah skor siklus II – Jumlah skor siklus I
= X1
=
= X2%
Dan seterusnya (Tim Penyusun, 2010: 23)


DAFTAR  PUSTAKA
Ahmadin, 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Aqib, Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Arjuddin, dkk. 2004. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Pada Siswa Kelas II B SMAN 2 Mataram Tahun Ajaran 2004/2005. Mataram:FKIP UNRAM.
Arifin, 2003. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang SISDIKNAS. Jakarta: Departemen Agama RI
Alwi, 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, 1991. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional .
Dipdiknas, 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi  Mata Pelajaran Sains. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: University Press.
Muhibbin, 2001. Psikologi Pendidikan . Bandung:  Penerbit Remaja Rosdakarya.
Purwanto, 2004. Psikologi Pendidikan: Rosdakarya
Riyanto, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya: Unesa University Press
Rosdiana, 2000. Penggunaan Pendekatan Contexstual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Hang Tuah 3 Mataram TahunPelajaran 2005/2006. Mataram: IKIP
Shadily, 2000. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia
Tim Penyusun, 2010. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Mataram: Universitas Nahdatul Wathan Mataram
Wahidmurni, 2008.Penelitian Tindakan Kelas. Malang:  Universitas Negeri Malang
Baharudin, S.Pd (Guru MTsN Raba Kota Bima

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.

Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai berikut:

  1. Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa memeperoleh topik - topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut.
  2. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatka topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topik permasalahan tersebut.
  3. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
  4. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
  5. Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.

Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw  sebagai berikut:

  1. Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.
  2. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
  3. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
  4. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
  5. Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
  6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
  7. Guru memberi evaluasi.
  8. Penutup

Nah itulah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw silahkan anda pilih mana model pembelajaran yang baik untuk peserta didik

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.

Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai berikut:

  1. Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa memeperoleh topik - topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut.
  2. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatka topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topik permasalahan tersebut.
  3. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
  4. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
  5. Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.

Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw  sebagai berikut:

  1. Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.
  2. Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
  3. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
  4. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
  5. Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
  6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
  7. Guru memberi evaluasi.
  8. Penutup

Nah itulah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw silahkan anda pilih mana model pembelajaran yang baik untuk peserta didik

Model Pembelajaran Scramble

Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat / benar.

Kelebihan Model pembelajaran Scramble :

1. Memudahkan mencari jawaban
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut
3. Semua siswa terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
5. Melatih untuk disiplin

Kekurangan model pembelajaran scramble

1. Siswa kurang berfikir kritis
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya
3. Mematikan kreatifitas siswa
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah

Langkah-langkah Model pembelajaran scramble :

1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi pelajaran tentang “Tata Surya”
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya.
3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :
4. Buat pertanyaan yang sesuai dengan TPK
5. Buat jawaban yang diacak hurufnya

Media :
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan lembar kerja sesuai contoh.

Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan pada kolom A!

Kolom A
1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …
2. … digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang … saat ini banyak dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai …
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut …
7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai …
8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut …
9. perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di bank untuk membayar sejumlah uang disebut …
Kolom B
1. TARREB ……………………………. ( Contoh : jawaban yang benar……BARTER )
2. GANU …………………………………
3. TRASEK ………………………………
4. KISTRINI ………………………………
5. LIRI ………………………………………
6. SRUK …………………………………
7. MINALON ………………………….
8. SAKSITRAN …………………………
9. KEC ……………………………………