Kamis, 28 Februari 2013

Model Pembelajaran Savi

MODEL PEMBELAJARAN SAVI

A. Landasan Teori
SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.

B. Prinsip Dasar
Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu:
1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh
2) pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.
3) kerjasama membantu proses pembelajaran
4) pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan
5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.
6) emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.


C. Karakteristik
Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu:
1) Somatic
”Somatic” berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh – soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).
2) Auditori
Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada uyang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-maknan pribadi bagi diri mereka sendiri.
3) Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program computer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.
4) Intektual
Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.


D. Kerangka Perencanaan Pembelajaran SAVI
Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dan kelompok dalam empat tahap:
1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
Secara spesifik meliputi hal:
a) memberikan sugesi positif
b) memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
c) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
d) membangkitkan rasa ingin tahu
e) menciptakan lingkungan fisik yang positif.
f) menciptakan lingkungan emosional yang positif
g) menciptakan lingkungan sosial yang positif
h) menenangkan rasa takut
i) menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
j) banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
k) merangsang rasa ingin tahu siswa
l) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menari, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar.
Hal- hal yang dapat dilakukan guru:
a) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan
b) pengamatan fenomena dunia nyata
c) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
d) presentasi interaktif
e) grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni
f) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
g) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
h) latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
i) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
j) pelatihan memecahkan masalah

3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.
Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
a) aktivitas pemrosesan siswa
b) usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
c) simulasi dunia-nyata
d) permainan dalam belajar
e) pelatihan aksi pembelajaran
f) aktivitas pemecahan masalah
g) refleksi dan artikulasi individu
h) dialog berpasangan atau berkelompok
i) pengajaran dan tinjauan kolaboratif
j) aktivitas praktis membangun keterampilan
k) mengajar balik
4) Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.


Hal –hal yang dapat dilakukan adalah:
a) penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
b) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
c) aktivitas penguatan penerapan
d) materi penguatan prsesi
e) pelatihan terus menerus
f) umpan balik dan evaluasi kinerja
g) aktivitas dukungan kawan
h) perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.


Sumber Bacaan:
DePorter, Bobbi. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas. Editor, Mike Hernacki. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.
Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa.
Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar