Rabu, 27 Februari 2013

Pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write

                 Strategi mengajar menyangkut pemilihan cara yang dipilih guru dalam menentukan ruang lingkup, urutan bahasan, kegiatan pembelajaran, dan lain-lain dalam menyampaikan materi matematika kepada siswa di dalam kelas (Hudoyo, 1990: 11).

                 Dalam kegiatan pembelajaran matematika sering ditemui bahwa ketika siswa diberikan tugas tertulis, siswa selalu mencoba untuk langsung memulai menulis jawaban. Walaupun hal itu bukan sesuatu yang salah, namun akan lebih bermakna jika dia terlebih dahulu melakukan kegiatan berpikir, merefleksikan dan menyusun ide-ide, serta menguji ide-ide itu sebelum memulai menulisnya. Strategi think-talk-write yang dipilih pada penelitian ini dibangun dengan memberikan waktu kepada siswa untuk melakukan kegiatan tersebut (berpikir, merefleksikan dan untuk menyusun ide-ide, dan menguji ide-ide itu sebelum menulisnya).

                  Tahap pertama kegiatan siswa yang belajar dengan strategi think-talk-write adalah think, yaitu tahap berfikir dimana siswa membaca teks berupa soal (kalau memungkinkan dimulai dengan soal yang berhubungan dengan permasalahan sehari-hari siswa atau kontekstual). Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan/atau hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri.

                   Tahap kedua adalah talk (berbicara atau diskusi) memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan tentang penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain.

                   Tahap ketiga adalah write, siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperolehnya. Huinker dan Laughlin (1996) mengatakan bahwa strategi ini terlihat secara khusus efektif ketika siswa ditugaskan untuk merencanakan, meringkas, atau merefleksikan dan mereka bekerja dalam grup heterogen yang terdiri  dari 2-6 siswa. Grup heterogen dimaksudkan agar dalam grup tersebut terdapat siswa yang dapat membantu anggota lain dalam menyelesaikan masalah. Diskusi dimulai dari kelompok kecil kemudian ukuran kelompoknya diperbesar sehingga siswa menjadi lebih mampu dengan proses pembelajaran tersebut.

                      Menurut Silver dan Smith (1996:21), peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi think-talk-write adalah mengajukan dan menyediakan tugas yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif berpikir, mendorong dan menyimak dengan hati-hati ide-ide yang dikemukakan siswa secara lisan dan tertulis, mempertimbangkan dan memberi informasi terhadap apa yang digali siswa dalam diskusi, serta memonitor, menilai, dan mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Tugas yang disiapkan diharapkan dapat menjadi pemicu siswa untuk bekerja secara aktif yaitu soal-soal yang mempunyai jawaban divergen atau open ended task.


Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan harapan diatas, dirancang pembelajaran yang mengikuti langkah-langkah berikut:


a.   Guru membagi teks bacaan berupa Lembar Kerja Siswa yang dimulai dengan soal-soal yang berhubungan dengan lingkungan sehari-hari siswa (kontekstual) dan jika diperlukan diberikan sedikit petunjuk.

b.   Siswa membaca teks dan membuat catatan kecil secara individu  (think). Kegiatan ini bertujuan agar siswa dapat membedakan atau menyatukan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan kedalam bahasa sendiri.

c.   Siswa berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan yang dibuatnya (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata yang mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematika dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan.

d.    Dari hasil diskusi, siswa secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, strategi dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan itu siswa menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi.

e.   Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa (atau satu) orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikanjawabannya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
Selama kegiatan pembelajaran guru bertindak sebagai mediator dan jika   diperlukan dapat memberikan arahan, petunjuk, serta dorongan.


Berdasarkan  hasil  penelitian Best Practice yang saya lakukan ,  hal-hal    yang    disarankan    adalah sebagai berikut:


a.     Supervisi individual dengan pendekatan  kolaboratif  dapat dilakukan oleh pengawas sekolahterhadap guru, khususnya guru  matematika,  mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,  sampai  dengan evaluasi hasil belajar.

b.     Dalam pembelajaran guru perlu diarahkan   untuk merencanakan RPP yang berbasis CTL dengan berbagai pendekatan  dan  strategi  yang inovatif,  dalam  hal  ini  strategi pembelajaran  Think-Talk-Write, serta  menyiapkan  media  dan sumber belajar dengan baik.

c.     Persiapan guru dalam perencanaan pembelajaran, khususnya   dalam  hal   media dan   sumber   belajar,  perlu difasilitasi oleh sekolah sehingga   media   dan   sumber belajar yang dipersiapkan dapat lebih optimal.

d.    Pembelajaran  dengan  strategi Think-Talk-Write dalam kelompok    kecil mendukung pembelajaran yang konstruktif. Pembelajaran ini tidak membutuhkan   banyak   biaya seperti  halnya  bentuk-bentuk pembelajaran  lainnya.    Hanya saja diperlukan persiapan yang matang,  terutama  dalam  hal mengembangkan soal-soal contoh dan latihan. Penerapan pembelajaran  dengan  strategi Think-Talk-Write dalam kelompok kecil memungkinkan untuk  diterapkan  pada  mata pelajaran selain matematika.

e.     Hasil penelitian ini hendaknya menjadi  sumber  inspirasi  bagi pengawas untuk lebih meningkatkan  mutu  pembelajaran di  sekolah-sekolah binaan. Sedangkan bagi sekolah, hendaknya    dapat diterapkan strategi pembelajaran yang inovatif agar diperoleh hasil belajar yang berkualitas.

f.     Diharapkan  kepada  para  guru dan pengawas agar dapat selalu berkolaborasi    yang sinergis untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pembelajaran Think-Talk-Write.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar