Rabu, 10 April 2013

Pengertian Belajar Matematika

A.     Definisi Belajar
Sebelum membahas pengertian atau definisi belajar matematika, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu definisi belajar.
Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar secara berbeda, namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama, seperti yang dinyatakan oleh Moh. Surya (1981: 32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Hamalik (2002: 37), menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.  Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antar individu dan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosialnya.  Hal ini sejalan dengan pernyataan Sardiman (2004: 20) bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mende-ngarkan, meniru, dan lain sebagainya.  Perubahan tersebut tidak hanya berkaitan dengan penam-bahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. 
Selanjutnya Anwar (1990: 98) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan dari setiap tingkah laku yang merupakan pendewasaan, pematangan atau yang disebabkan oleh suatu kondisi dari organisme. Belajar merupakan proses individu siswa dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya proses tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan tersebut.
Ciri-ciri tertentu dari suatu perubahan  dalam arti belajar menurut Slameto (2003: 3) menyatakan:
1.       Perubahan terjadi secara sadar.
2.       Perubahan dalam belajar  bersifat kontinu dan fungsional.
3.      Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
4.      Perubahan dalam belajar  bukan bersifat sementara.
5.      Perubahan dalam belajar bertujuan terarah.
6.      Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diartikan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan secara sadar, bersifat kontinu baik dalam hal tingkah laku ataupun pengetahuan yang mempunyai tujuan terarah sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.
B.     Belajar Matematika
Matematika adalah ilmu pengetahuan struktur dan hubungan-hubungannya, simbol-simbol diperlukan, matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Hudoyo, 1988: 3). Menurut Nasution (1980), bahwa matematika dapat dipandang sebagai suatu ide yang dihasilkan oleh ahli-ahli matematika dan objek penalarannya dapat berupa benda-benda atau makhluk, atau dapat dibayangkan dalam alam pikiran kita. Pengertian lain yang dikemukakan oleh Sutrisman dan Tambuan (1987: 2-3) bahwa matematika adalah pengetahuan tentang kuantitas ruang, salah satu dari sekian banyak cabang ilmu yang sistematis, terstruktur dan eksak.
Dalam proses belajar mengajar matematika, seorang siswa tidak dapat mengetahui jenjang yang lebih tinggi tanpa melalui dasar atau hal-hal yang merupakan prasyarat dalam kelanjutan program pengajaran selanjutnya. Untuk mempelajari matematika dituntut kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, kesiapan yang dimaksud adalah kematangan intelektual dan pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh anak, sehingga hasil belajar lebih bermakna bagi siswa. 
Hudoyo (1988: 4) berpendapat bahwa “belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu proses belajar “. Pendapat serupa dikemukakan Russeffendi (1988 : 25) bahwa belajar matematika bagi seorang anak merupakan proses yang kontinu sehingga diperlukan pengetahuan dan pengertian dasar matematika yang baik pada permukaan belajar untuk belajar selanjutnya. Proses belajar matematika haruslah diawali dengan mempelajari konsep-konsep yang lebih mendalam dengan menggunakan konsep-konsep sebelumnya atau dengan kata lain bahwa proses belajar matematika adalah suatu rangkaian kegiatan belajar mengajar dalam interaksi hubungan timbal balik antara siswa dengan guru yang ber-langsung dalam lingkungan yang ada disekitarnya untuk mencapai tujuan tertentu. 
Dengan demikian, untuk dapat menguasai materi pelajaran matematika pada tingkat kesukaran yang lebih tinggi diperlukan penguasaan materi tertentu sebagai pengetahuan prasyarat.  Penguasaan yang tinggi akan dapat dimiliki siswa dalam mempelajari matematika bila guru tidak hanya menuntut siswanya untuk menghafal rumus saja, tetapi lebih penting adalah memberikan pemahaman yang penuh terhadap konsep-konsep yang disampaikan.
Berdasarkan penjelasan tentang definisi belajar dan matematika di atas, dapat dikatakan bahwa Belajar Matematika adalah proses dalam diri siswa yang hasilnya berupa perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan untuk menerapkan konsep-konsep, struktur dan pola dalam matematika sehingga menjadikan siswa berfikir logis, kreatif, sistematis dalam kehidupan sehari-hari. Belajar matematika akan lebih berhasil bila mengarah pada pengembangan berfikir, pengembangan konsep atau ide-ide terdahulu yang dipersiapkan untuk mempelajari dan menguasai konsep baru. (http://wawan-junaidi.blogspot.com)
DAFTAR PUSTAKA
Surya, Moh. 1981. Pengantar Psikologi Pendidikan. Bandung: FIP IKIP Bandung
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Algensindo
Sardiman, A.M.  2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Anwar, Khaidir. 1990. Fungsi dan Peranan Bahasa : Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Hudoyo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika Jakarta : Depdikbud Dikti PPLPTK
Hakim Nasution, A. 1980. Landasan Matematika. Jakarta : Bharata Aksara.
Sutrisman Murtadho dan Tambunan. 1987. Pengajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka
Ruseffendi, E.T. 1988. Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Tarsito

Tidak ada komentar:

Posting Komentar