Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu aktivitas tertentu. Dalam pengertian lain,
model diartikan sebagai barang tiruan, metafor, atau kiasan yang
dirumuskan. Pouwer (1974:243) menerangkan tentang model dengan anggapan
seperti kiasan yang dirumuskan secara eksplisit yang mengandung sejumlah
unsur yang saling tergantung. Sebagai metafora model tidak pernah
dipandang sebagai bagian data yang diwakili.
Model menjelaskan fenomena dalam bentuk yang tidak seperti biasanya.
Setiap model diperlukan untuk menjelaskan sesuatu yang lebih atau
berbeda dari data. Syarat ini dapat dipenuhi dengan menyajikan data
dalambentuk: ringkasan (tipe, diagram), konfigurasi ( structure ),
korelasi (pola), idealisasi, dan kombinasi dari keempatnya. Jadi model
merupakan kiasan yang padat yang bermanfaat bagi pembanding hubungan
antara data terpilih dengan hubungan antara unsur terpilih dari suatu
konstruksi logis.
Model pembelajaran merupakan kerangka yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pemandu bagi para
perancang desain pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Soekamto, 1997:78),. Menurut
Mitchell dan Kowalik (Rahman, 2009:8): Creative, an idea that has an
element of newness or uniqueness, at least to the one who creates the
solution, and also has value and relevancy. Problem, any situation that
presents a challenge, an opportunity, or is a concern. Solving, devising
ways to answer, to meet, or to resolve the problem . Therefore,
creative problem solving or cps is a process, method, or system for
approaching a problem in an imaginative way and resulting in effective
action.
Sedangkan menurut Karen (Dewi, 2008:28) model Creative problem
Solving (CPS) adalah model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada
pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan
penguatan keterampilan.
Model Creative Problem Solving (CPS) pertamakali dikembangkan oleh
Alex Osborn pendiri The Creative Education Foundation (CEF) dan
co-founder of highly successful New York Advertising Agenncy . Pada
tahun 1950-an Sidney Parnes bekerjasama dengan Alex Osborn melakukan
penelitian untuk menyempurnakan model ini. Sehingga model Creative
Problem Solving ini juga dikenal dengan nama The Osborn-parnes Creative
Problem Solving Models. Pada awalnya model ini digunakan oleh
perusahaan-perusahaan dengan tujuan agar para karyawan memiliki
kreativitas yang tinggi dalam setiap tanggungjawab pekerjaannya, namun
pada perkembangan selanjutnya model ini juga diterapkan pada dunia
pendidikan.
Langkah-langkah dalam CPS menurut William E. Mitchell dan Thomas F. Kowalik (Rahman, 2009:10) adalah:
a. Mess-finding (menemukan masalah yang dirasakan sebagai pengganggu)
b. Fact-finding (menemukan fakta)
Tahap kedua, mendaftar semua fakta yang diketahui yang berhubungan
dengan situasi tersebut, yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi
informasi yang tidak diketahui tetapi esensial pada situsi yang sedang
diidentifikasi dan dicari.
c. Problem-finding (menemukan masalah)
Pada tahap menemukan masalah, diupayakan mengidentifikasi semua
kemungkinan pernyataan masalah dan kemudian memilih yang paling penting
atau yang mendasari masalah.
d. Idea-finding
Pada tahap ini diupayakan untuk menemukan sejumlah ide atau gagasan yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
e. Solution-finding
Pada tahap penemuan solusi, ide-ide atau gagasan-gagasan pemecahan
masalah diseleksi, untuk menemukan ide yang paling tepat untuk
memecahkan masalah.
f. Acceptance-finding
Berusaha untuk memperoleh penerimaan atas solusi masalah, menyusun rencana tindakan dan mengimplementasikan solusi tersebut.
Proses pembelajaran dengan model pembelajaran CPS menurut Pepkin (Dewi, 2008:30) terdiri dari langkah-langkah:
a. Klarifikasi Masalah
Klasifikasi masalah meliputi penjelasan mengenai masalah yang
diajukan kepada siswa, agar siswa memahami penyelesaian seperti apa yang
diharapkan.
b. Pengungkapan Pendapat
Pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat
tentang bagaimana macam strategi penyelesaian masalah. Dari setiap ide
yang diungkapkan, siswa mampu untuk memberikan alasan.
c. Evaluasi dan Pemilihan
Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan
pendapat-pendapat atau strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan
masalah
d. Implementasi (penguatan)
Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil
untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkanya sampai menemukan
penyelesaian dari masalah tersebut. Selain itu, pada tahapan
implementasi, siswa diberi permasalahan baru agar dapat memperkuat
pengetahuan yang telah diperolehnya.
Daftar Bacaan:
Depdiknas. 2005. Kemampuan Guru dalam Mengajarkan Matematika [Online] . Tersedia: http://www.dikdasmen.depdiknas.go.id/htm/info-Dikdasmen/info-6hal-07.htm [12 April 2009].
Dewi, E P. 2008. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan
Penalaran Adaptif Matematika Siswa SMA . Skripsi FPMIPA UPI. Bandung:
tidak diterbitkan.
Pepkin, K. 2000. Creative Problem Solving in Math . [Online]. Tersedia: http://www.artofproblemsolving.com. [7 Februari 2008].
Rahman, B. 2009. Perbandingan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa yang
Pembelajarannya Menggunakan Model Creative Problem Solving (CPS) dengan
Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Konvensional. Skripsi
FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Sumber gambar: http://creativeeducationfoundation.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar