A. Landasan Teori
Quantum teaching pertamakali dikembangkan oleh De Porter. Mulai
dipraktekkan pada tahun 1992, dengan mengilhami rumus yang terkenal
dalam fisika kuantum yaitu masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama
dengan energi. Dengan rumus itulah mendefinisikan Quantum sebagai
interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Pembelajaran Quantum bermakna interaksi-interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan
dan dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman dan
interdeterminisme. Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud
mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan
bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
Teori yang terkandung dalam Quantum Teaching adalah Accelerated
Learning, Multiple Intelligences, Neuro-Linguistic Programming,
Experiential Learning, dan Elements of Effective Instruction sehingga
Quantum Teahing merangkaikan sebuah kekuatan yang memadukan
multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak yang
didalamnya meramu konsep berbagai teori yaitu: 1) teori otak kanan/kiri;
2) teori otak triune (3 in 1); 3) pilihan modalitas (visual, auditorial
dan kinestetik); 4) teori kecerdasan ganda; 5) pendidikan holistic
(menyeluruh); 6) belajar berdasarkan pengelaman; 7) belajar dengan
symbol, dan 8) simulasi/permainan.
B. Karakteristik
Secara umum, Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Berpangkal pada psikologi kognitif.
2) Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat
perhatian. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya
dari pembelajar dapat berkembang secara optimal dengan meniadakan
hukuman dan hadiah karena semua usaha yang dilakukan pembelajar
dihargai. Kesalahan sebagai manusiawi.
3) Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan
mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan
lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Oleh karena
itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia
harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang seimbang agar
pembelajaran berhasil baik.
4) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam
proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi-interaksi
bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran yang
dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar
menjadi cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar.
5) Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan
tinggi. Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan halangan sehingga
menimbulkan hal-hal yang seperti: suasana yang menyengkan, lingkungan
yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.
6) Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. Dengan
kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar sehat,
rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak membosankan.
7) Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran.
Dengan kebermaknaan dan kebermutuan akan menghadirkan pengalaman yang
dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman perlu
diakomodasi secara memadai.
8) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks
pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh,
lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis. Sedangkan isi
pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang
fleksibel, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.
9) Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material.
10) Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar.
Ini mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak dianggapnya suatu
kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses pembelajarannya
dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak
diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.
11) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi.
Dalam prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya belajar siswa dan
pembelajar.
12) Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses
pembelajaran, sehinga pembelajaran bias berlangsung nyaman dan hasilnya
lebih optimal.
C. Prinsip Dasar
Prinsip dasar yang terdapat dalam pembelajaran Quantum adalah:
1) Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan dunia kita (guru ke dalam dunia mereka (siswa).
2) Proses pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Segalanya dari lingkungan. Hal ini mengandung arti baik lingkungan
kelas/sekolah sampai bahasa tubuh guru; dari lembar kerja atau kertas
kerja yang dibagikan anak sampa rencana pelakanaan pembelajaran,
semuanya mencerminkan pembelajaran.
b) Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan semuanya.
c) Pengalaman mendahului pemberian nama. Pembelajaran yang baik adalah
jika siswa telah memperoleh informasi terlebih dahulu apa yang akan
dipelajari sebelum memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Ini
diilhami bahwa otak akan berkembang pesat jika adanya rangsangan yang
kompleks selanjunya akan menggerakkan rasa keingintahuan.
d) Akuilah setiap usaha. Dalam proses pembelajaran siswa seharusnya
dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun salah, karena belajar
diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko untuk keluar dari
kenyamanan untuk membongkar pengetahuan sebelumnya.
e) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Segala sesuatu yang
telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan
keberhasilannya.
3) Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Ada depalapan kunci keunggulan dalam pembelajaran kuantum yaitu:
a) terapkan hidup dalam integritas, dalam pembelajaran sebagai bersikap
apa adanya, tulus, dan menyeluruh, sehingga akan meningkatkan motivasi
belajar.
b) akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan. Jika mengalami kegagalan
janganlah membuat cemas terus menerus tetapi memberikan informasi kepada
kita untuk belajar lebih lanjut.
c) berbicaralah dengan niat baik. Dalam pembelajaran hendaknya
dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung
jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Dengan niat bicara yang
baik akan mendorong rasa percaya diri dan motivasi.
d) tegaslah komitmen. Dalam pembelajaran baik guru maupun siswa harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu.
e) jadilah pemilik, mengandung arti bahwa siswa dan guru memiliki rasa
tanggung jawab sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.
f) tetaplah lentur. Seorang guru terutama harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan.
g) Pertahankan keseimbangan. Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa,
tubuh, emosi dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar
proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.
4) Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum
Kerangka perencanaan pembelejaran kuantum dikenal dengan singkatan “TANDUR”, yaitu:
a) Tumbuhkan.
Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah
dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam
pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama
atau kemampuan saling memahami.
Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka, pikat mereka,
puaskan keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan tentang
materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam
pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan
sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan
sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan
memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu.
Berikut pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai sebagai acuan guru: hal
apa yang siswa pahami? Apa yang siswa setujui? Apakah manfaat dan makna
materi tersebut bagi siswa? Pada bagian apa siswa tertari/bermakna?
Stategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab,
menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis, melainkan dapat pula
dengan penyajian gambar/media yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau
cerita pendek tentang pengalaman seseorang.
b) Alami.
Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat
pada kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam
pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap
pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak
untuk menjelajah.
Pertanyaan yang memandu guru pada konsep alami adalah cara apa yang
terbaik agar siswa memahami informasi? Permainan atau keinginan apa yang
memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan dan
kegiatan apa yang memfasilitasi siswa?
Strategi konsep ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau
simulasi dengan memberi tugas secara individu atau kelompok untuk
mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.
c) Namai
Konsep ini berada pada kegiatan inti, yang NAMAI mengandung maksud bahwa
penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh
pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan
dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep,
melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar. Pertanyaan yang
dapat memenadu guru dalam memahami konsep NAMAI yaitu perbedaan apa yang
perlu dibuat dalam belajar? Apa yang harus guru tambahkan pada
pengertian siswa? Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang digunakan
untuk siswa ketahui atau siswa gunakan?
Strategi implementasi konsep NAMAI dapat menggunakan gambar susunan
gambar, warna, alat Bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang
lainnya.
d) Demonstrasikan
Tahap ini masih pada kegiatan ini. Inti pada tahap ini adalah memberi
kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaligus
memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap
materi yang dipelajari.
Panduan guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara apa siswa dapat
memperagakan tingkat kecakapan siswa dengan pengetahuan yang baru?
Kriteria apa yang dapat membantu guru dan siswa mengembangkan bersama
untuk menuntut peragaan kemampuan siswa.
Strategi yang dapat digunakan adalah mempraktekkan, menyusun laporan,
membuat presentasi dengan powerpoint, menganalisis data, melakukan
gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan
lain-lain.
e) Ulangi
Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran
terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi
saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini
dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan.
Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang terbaik bagi
siswa untuk mengulang pelajaran ini? Dengan cara apa setiap siswa akan
mendapatkan kesempatan untuk mengulang?
Strategi untuk mengimplementasikan yaitu bias dengan membuat isian “aku
tahu bahwa aku tahu ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk
mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau
dapat melakukan pertanyaan – pertanyaan post tes.
f) Rayakan
Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan
rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang
akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir
siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar
lehi lanjut.
Panduan pertanyaan dalam diri guru untuk melaksanakan adalah untuk
pelajaran ini, cara apa yang paling sesuai untuk merayakannya? Bagaimana
anda dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar